Headline News

Rabu, 25 Januari 2012

LEMBAH HARAU

Berbagai keunikan terhampar di Lembah Harau. Lembah yang dapat menirukan suara, memiliki lima air terjun yang memikat, dan tempat panjat tebing bertaraf nasional hanyalah sebagian dari lukisan agung karya Sang Maha Pencipta Alam Semesta.

Kalau sudah berada di Provinsi Sumatra Barat, sangatlah rugi jika Anda tidak mampir ke Kabupaten Lima Puluh Kota, tepatnya di Lembah Harau. Bukan apa-apa, di Kecamatan Harau yang secara geografis terletak antara 0o 36 ‘ 08” Lintang Utara dan 100o 39' 03" Bujur Timur itu bertebaran pesona alam yang begitu menggoda.


Bukit-bukitnya menjulang tinggi dan memanjang puluhan kilometer jauhnya. Di sisi bukit menghampar sawah dengan tanaman padi yang begitu subur menghijau. Sebagian lagi mulai menguning, pertanda padi siap dipanen.


Uniknya lagi, bukit-bukit itu berada tegak lurus dengan tanah pijakannya. Harau adalah sebuah lukisan alam maha karya Pencipta Alam Semesta. Ia begitu menggoda, memikat, dan penuh pesona.

Usahakan ke sana pagi hari atau sebelum matahari terbit, ketika belum banyak kendaraan bermotor berlalu lalang. Mengapa demikian?

Menirukan Suara

Di pagi hari, kerapatan udaranya menjadi mediator yang bagus untuk memantulkan suara. Di sebuah titik yang telah disediakan pengelola, kita bisa menaiki anak tangga setinggi sekitar 75 cm yang menempel di salah satu bukit. 

Silakan berdiri di situ dengan posisi membelakangi dinding bukit tersebut. Lalu berteriaklah sepuas hati. Luapkan segala gundah gulana yang ada. 

Dua atau tiga detik kemudian suara teriakan tersebut terdengar lagi. Mengapa suara tersebut dapat dipantulkan dan terdengar seperti aslinya? 

Keajaiban itu tak terlepas dari posisi geografis dari Lembah Harau. Tak jauh (sekitar ratusan meter) dari tempat kita berdiri tadi ternyata juga berdiri bukit yang menjulang tinggi. Kedua bukit itu saling berhadapan.

Jadi, ketika kita berteriak, suara itu mengenai batu dinding di bukit yang berada di depan tadi. Batuan bukit inilah lalu memantulkan suara tersebut hingga sampai ke telinga kita lagi. Semakin keras teriakan kita, kian jelas pula pantulan suara tersebut.

Penulis yang mencoba keunikan tersebut di siang hari, terasa suara teriakan yang dipantulkan atau ditirukan itu tak begitu nyaring terdengar. Sebab, selain suasana lingkungan sekitar ramai, juga kerapatan udara pada siang hari tidak sebagus jika dibandingkan pagi hari. 

Akibatnya, suara yang melintas ke bukit seberang mengalami peredaman dan pembauran. Sehingga begitu sampai di bukit seberangnya, suara itu mengalami pelemahan. Akibatnya, suara yang dipantulkan juga melemah. 

Keajaiban Lembah Harau tidak hanya di situ saja. Bukit terjal yang di atasnya dibungkus aneka jenis vegetasi laksana permadani hijau itu ternyata memiliki lima air terjun. Ini bukan sembarang air terjun biasa.

Coba pandangi air terjun di Akar Berayun. Air yang diterjunkan dari ketinggian puluhan meter di bukit itu begitu lembut dan tipisnya. Dari kejauhan air itu seolah malah tidak bergerak turun tetapi seperi salju putih yang menempel di dinding bukit.

Kesegaran dan kesejukan terpancar dari air tersebut. Banyak pengunjung memanfaatkan air tersebut untuk sekadar membasuh muka, mencuci kaki dan tangan, atau bermain-main di bawah air terjun. Apalagi di musim kemarau, air terjun itu terlihat sangat jernih. 

Tak puas menikmati panorama di Akar Berayun, Anda pun bisa beralih ke empat air terjun yang ada di kawasan Sarasah Bunta. Keindahan dan kesegarannya terasa nyaman di hati dan membuat tentram jiwa raga. 

Sayangnya, kehadiran warung-warung tenda yang berjejer menghadap air terjun cukup mengganggu keasrian. Bagi fotografer amatiran, tak cukup ruang untuk mengabadikan keelokan air terjun tersebut lantaran warung-warung dadakan tersebut mengurangi jarak pandang.

"Dulu, kawasan air terjun di Akar Berayun masih alami dan asri. Tak ada satu pun warung di sana. Bambu-bambu ikut menambah keelokannya. Kini, kondisinya banyak berubah," ungkap Mardiatul A, turis lokal yang telah beberapa kali berkunjung ke Harau. 

Menurutnya, bambu-bambu itu telah ditebang dan dikonversi menjadi warung-warung yang menjajakan aneka makanan dan minuman ringan. Arena parkirnya pun tidak ditata dengan baik dan profesional. 

Di musim liburan, mobil-mobil berjejer di depan warung menjejali kawasan sehingga tampak sumpek dan sempit. Sebagian mobil lainnya ditaruh di pinggir jalan karena memang tidak kebagian tempat parkir.

Padahal, kalau Pemerintah Daerah Lima Puluh Koto serius mengelola kawasan ini, terutama membenahi fasilitas umum (warung, parkir, dan toilet), niscaya Lembah Harau menjadi magnet bukan saja bagi para wisatawan domestik dan asing. Para ahli geologi pun dari berbagai negara akan semakin nyaman untuk membedah misteri asal-usul onggokan bukit tersebut.

Uji Adrenalin

Terlepas dari gangguan atau masalah kecil tersebut, Harau tetaplah menyimpan berbagai pesona. Bagi pecinta panjat tebing misalnya, kawasan ini pas untuk uji adrenalin. Tak jauh dari lokasi air terjun Akar Berayun, terdapat dinding yang ideal sebagai tempat panjat tebing bertaraf nasional. 

Lain lagi bagi para penggemar arung jeram. Silakan uji nyali di derasnya air Sungai Batang Salimpauang. Di kanan kiri sungai, Anda disuguhi rerimbunan vegetasi hijau dan hamparan padi sawah yang memikat hati.

Kalau jiwa Anda petualang sejati, Harau juga menyediakan tempat berkemah. Nikmati saja sensasi kesejukan di alam bebas yang menyegarkan pikiran.

Itulah beberapa catatan kecil tentang Harau. Rasanya tak cukup seharian untuk menjelajahi seluruh potensi yang terhampar di sana. Dengan topografi yang bervariasi, mulai datar, bergelombang, dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 498-1.525 m di atas permukaan laut (dpl), Harau memang ibarat surganya dunia.

Bayangkan, tanah pertaniannya subur, kaya perkebunan, hutan berlimpah ruah, dan alamnya yang aduhai eloknya. Dua gunung yang sudah lama tidur (tidak aktif); Gunung Bungsu (1.241 m dpl) dan Gunung Sanggul (1.495 m dpl) semakin menambah kekayaan alam tersebut. 

Lebih dari itu, Harau dialiri enam sungai besar dan kecil yakni; Sinamar, Harau, Sinipan, Salimpauang, Campo, dan Mungo. Dari aliran sungai inilah sepanjang tahun para penduduk dapat mengairi sawah, kolam, keramba, dan lain-lain. 

Jadi, selagi ada kesempatan, jelajahilah Harau. Apalagi akses jalan menuju Lembah Harau juga cukup bagus dan mulus. 
b siswo


Penghasil Gambir Terbesar di Sumatra Barat

Harau bukan saja dikenal memiliki panorama alam yang menggoda dan aduhai eloknya. Sejak dulu kala, kawasan seluas 416.80 km2 (12,43 % dari luas Kabupaten Lima Puluh Koto) ini merupakan penghasil gambir terbesar di Sumatra Barat.

Catatan Pemda setempat mengungkapkan, para petani di daerah ini dapat menghasilkan gambir sekitar 10 ton per minggu. Produksi tersebut dihasilkan dari perkebunan gambir seluas sekitar 497 ha. 

Itulah mengapa kolonialis Belanda tempo dulu sangat berambisi menguasai Harau untuk mendapatkan rempah-rempah, termasuk gambir. Maklum, dari bahan baku gambir inilah dapat diolah dan dijadikan aneka industri mulai dari obat-obatan, pewarna kain, kosmetik (lipstik), dan lain-lain. Singkat kata, gambir dapat dijadikan potensi ekspor yang menggairahkan di masa depan.

Tingginya produktivitas gambir di Harau memang tak terlepas dari kondisi tanah dan iklim yang mendekam si sana. Secara alami, tanahnya dikenal subur sehingga petani tak perlu repot-repot memupuk tanaman gambir. Air untuk tanaman juga tersedia sepanjang masa, baik dari curah hujan langsung maupun enam sungai yang membelah Harau. 

Sementara itu, hasil perkebunan lainnya dari Harau adalah kelapa seluas 300 ha, kakao (200 ha), dan kayu manis (55 ha). Selain itu, kecamatan ini juga memiliki areal persawahan yang sangat luas, sekitar 7.556 ha.

Sebagai daerah agraris, sebagian besar (85 persen) penduduk Harau menjadi petani. Sisanya, mereka berprofesi sebagai pegawai negeri, militer, pedagang, dan lain-lain. Harau memang dikaruniai alam yang begitu kaya raya. Wajar kalau banyak orang dibuat iri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons