Headline News

Rabu, 25 April 2012

Bukittinggi, Kota Tua dari Puncak Bukik Kubangan Kabau

[Image: 2iw3i4k.jpg]
Di puncak Bukik Kandang Kabau sekitar tahun 1820-an, ninik mamak dari empat puluh empat nagari di Agam sepakat mendirikan sebuah pasar yang saat ini dikenal dengan Pasa Ateh. Namun, sekitar tahun 1774, di Bukittinggi atau Kurai Salingka Bukik, telah berdiri sebuah pasar sebagai pusat perdagangan yang dikenal dengan nama Pakan Kurai. Menurut ahli sejarah, awal berdirinya pakan Kurai itulah dijadikan sebagai awal lahirnya kota Bukittinggi. Benarkah? Yang pasti, 22 Desember 2011, kota Bukittinggi berusia 227 tahun.






Kota Bukittinggi sebagai kota tujuan wisata di Sumatera Barat memiliki kekayaan alam dan kekayaan sejarah di kota ini tonggak sejarah penyelamatan Negara RI tanggal 19 Desember 1948 setelah kota Jogjakarta diduduki kembali oleh Belanda maka pada saat bersamaan Mr.Syafrudin Prawira Negara yang saat itu berada di Bukittinggi membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dimana saat ini hari lahirnya juga te telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Hari Bela Negara dan dijadika sebagai hari besar asional tanpa libur, berdasarkan Keputusan Presiden Republik,Indonesia Nomor 28 Tahun 2006.


Di kota ini juga terdapat ( benteng ) Fort de Cock yang didirikan tahun 1825 sebagai basis pertahanan Belanda untuk menghadang perergerakan dari tentara Paderi, begitu juga di kota ini terdapat Lobang Jepang untuk basis suplai persediaan logistic tentara Jepang menghadapi perang Asia Timur Raya, Lobang Jepang dijadikan oleh Jepanletag sebagai basis persediaan logistic di jantung pulau Sumatera.


Tidak hanya De Cock dan Lobang Jepang, Jam Gadang yang terletak di pusat kota Bukittinggi merupakan titik pusat patok Kota Bukittinggi yang dibangun tahun 1926 oleh seorang arsitek yang bernama Yazid Sutan Bagigi Ameh anak nagari Sianok VI Suku, peletakan batu pertama dilakukan oleh anak Rook Maker yang saat itu masih berusia delapan tahun, Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur.


Jam Gadang sudah mengalami tiga kali perubahan konstruksi atap, pada awal berdirinya konstruksi atap berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan, masa penjajahan Jepang atap jam gadang kembali mengalami perubahan dengan bentuk klenteng, dan setelah zaman kemerdekaan bentuk atap Jam Gadang dirobah dengan bentuk ornament atap Rumah Gadang seperti yag terlihat saat ini.


Bukittinggi yang terdiri dari 24 kelurahan didiami 107 ribu jiwa ini tak bisa dipandang sebelah mata. Benar-benar kecil cabe rawit. Kecil, namun aksesnya mendongkrak ekonomi masyarakat wilayah dan daerah sekitar, sebagai mana diketahui Bukittinggi dengan Pasar Simpang Aur merupakan Pusat perdagangan Konveksi terbesar di Sumatera dengan julukan Tanah Abangnya Sumatera.


Dalam beberapa tahun terakhir beberapa prestasi dan keberhasilan yang dibukukan. Pendapatan domestic regional bruto (PDRB) misalnya menunjukkan peningkatan nominal sangat berarti.Jika PDRB 2010 masih berkisar Rp1,9 triliun, meningkat menjadi Rp2,1 triliun pada 2011 ini.


"Alhamdulillah, perekonomian Bukittinggi mengalami pertumbuhan 6,12 persen," tegas Walikota H. Ismet Amzis pada peringatan hari jadi kota (HJK) Bukittinggi ke-227 di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Kamis (22/12). Bahkan, dikatakan Ismet, pertumbuhan tersebut termasuk dalam sepuluh besar kota dengan angka pertumbuhan terbaik di Indoneisa.


Terkait soal keterbatasan areal parkir dan kemacetan yang masih menjadi masalah krusial Bukittinggi, Ismet mengakui Pemko sangat komit untuk terus mengupayakan pembangunan gedung parkir di tanah eks kehutanan jalan Perintis Kemerdekaan. Saat ini telah ada perjanjian pinjam pakai dengan Pemprov. Sumbar. "Kita berharap, ke depan Pemprov. Menghibahkan tanah tersebut agar lebih efektif pemanfaatannya," tegas Ismet.


Khusus pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan, program bedah rumah yang yang telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir, ke depan tetap dilanjutkan. Manfaatnya sangat dirasakan masyarakat. Bahkan, ke depan dikembangkan lagi berupa program bedah tempat usaha. Raskin (beras miskin) otonomi juga dilanjutkan. Tujuannya menutupi kekurangan penyaluran beras miskin dari pusat. Bukittinggi satu-satunya daerah di Sumbar yang masih mempertahankan Raskin otonomi ini.


Ketua DPRD Rahmat Aris menilai, 227 merupakan usia yang sangat matang. HJK yang tiap tahun diperingati hendaknya jadi momentum untuk membangun jembatan dan meningkatkan ukhwah masyarakat Kota Jam Gadang. "Mari maknai dengan sikap adil dan jernih berbagai permasalahan yang masih kita hadapi, sehingga dapat carikan solusi secara tepat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kebersamaan.".


Keberhasilan itu menurut Aris sebagai bukti baiknya pengawasan yang dilakukan masyarakat bersama DPRD. Ke depan, keberhasilan itu hendaklah memicu peningkatan pelayanan publik di segala bidang. Menurut Aris dan Dt. Limbago Sati penghargaan sudah sepantasnya diberikan kepada Pemko Bukittinggi beserta seluruh jajaran SKPD yang telah memberikan pelayanan baik, sehingga Bukittinggi dinilai sebagai terbaik kedua oleh penilaian KPK. "Ini sangat membanggakan kita,"


Wagub Muslim Kasim menilai sektor pariwisata, perdagangan dan jasa, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang dikembangkan Bukittinggi sangatlah tepat. Pengembangan tersebut sesuai eksistensi dan posisi strategis Bukittinggi pada jalur persimpangan yang ramai.


Namun, Wagub minta pengembangan keempat sektor unggulan tersebut mestilah didukung sarana dan prasarana yang mampu menciptakan kondisi ideal bagi masyarakat dan pengunjung. Untuk itu, ia minta Pemko dan jajaran bersama DPRD Bukittinggi meningkatkan koordinasi dalam setiap proses pembangunan, sekaligus dalam upaya mencarikan solusi masalah kemacetan dan parkir sebagai dampak positif peningkatan kunjungan ke Bukittinggi beberapa tahun ini. "Kerjasama dengan Pemda lainnya juga perlu guna mewujudkan pengembangan wilayah kota.(marawanews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons