Headline News

Senin, 06 Februari 2012

Sabai Nan Aluih refleksi Perempuan Minang Sebenarnya

Terlepas dari kisah Sabai Nan Aluih yang hidup dalam cerita dongeng atau kaba. Sosok perempuan gemulai nan perkasa itu sebenarnya hidup dalam diri setiap perempuan minang.

Kebiasaan orang minang menyampaikan pesan kepada anak-anak dengan bercerita (bakaba) dengan bantuan alat musik rabab atau saluang. Cerita seperti ini biasa disebut dengan randai atau saluang. Saluang berupa alat tiup seperti seruling yang bunyinya agak tebal dan diiringi oleh seorang pendendang yang menceritakan hikayat cerita zaman dahulu. Sementara Randai adalah kesenian daerah berupa drama musikal yang tujuannya juga menceritakan kisah-kisah zaman dahulu. Dalam dendangnya sang Penyanyi atau “Pandendang” baik dalam drama randai atau saluang biasanya bercerita tentang hikayat orang-orang yang menjadi teladan masyarakat zaman dahulu. Metode bercerita yang unik dan kadang sukar dipahami jika tidak menguasai bahasa minang secara sempurna dan tidak paham dengan “ereng jo gendeng” (kata-kata sindiran). Seperti dalam lirik lagu sabai nan aluih.




Jikok bajalan si ganjua lalai

Pado maju suruik nan labiah

Samuik tapijak indak mati

Alu tataruang patah tigo

Dikisahkan bahwa Sabai Nan Aluih itu;

( Jika berjalani gemah gemulai

Daripada maju lebih banyak mundur

Semut terinjak tidakkan mati

Tapi alu (alat menumbuk padi) tersandung patah tiga)


Demikian kisah yang biasa dikabarkan oleh orang tua-tua zaman dulu dan sering di dendangkan melalui saluang dan rabab. Sosok sabai nan aluih (Sabai yang Lembut). Sabai adalah seorang gadis cantik yang halus budinya serta santun dalam bertutur. Namun demikian dia bukanlah seorang yang lemah karena dia pintar dalam seni bela diri silat.

Ini bukanlah gambaran yang sangat mengada-ngada tentang perempuan Minang. Dalam keseharian seorang perempuan minang terampil bekerja di sawah atau ladang. Hanya satu peran yang belum pernah diambil oleh seorang perempuan minang yaitu membajak sawah. Membajak biasanya tugas laki-laki. Setelah itu mulai menanam, memelihara sampai menuai pagi hingga mengangkut gabah sampai ke lumbung tidak luput peranan perempuan



Namun demikian tugas mengurus keluarga seperti memasak, membereskan rumah hingga enenun kain untuk pakaian sehari-hari tetap mereka lakoni.



sumber : kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons