Headline News

Sabtu, 11 Februari 2012

TANGKAPAN MASIH MINIM



TANGKAPAN MASIH MINIM : Nelayan Jaring Jarang Melaut

SINGGALANG PADANG – Nelayan Pasir Jambak, Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, yang menggunakan alat tradisional berupa jaring untuk menangkap ikan, jarang melaut. Hal tersebut dikarenakan keadaan cuaca yang tidak menentu.

TANGKAPAN SEDIKIT
Seperti dirasakan Jamal, 48, salah seorang nelayan tradisional Pasir Jambak. Kepada Singgalang, Jumat (10/2), dia mengaku semenjak awal tahun 2012 hingga sekarang dirinya terkadang pergi melaut namun terkadang tidak.


Jamal menjelaskan, nelayan yang menggunakan jaring berbeda dengan nelayan lainnya. Ancaman diterjang cuaca buruk lebih besar dibanding nelayan pukat ataupun nelayan bagan. Karena nelayan jaring butuh waktu sekitar 5 jam di tengah laut untuk menjaring ikan.
“Dalam satu biduk kecil berisi dua orang nelayan, kemudian berhenti di tengah laut dan menjaring. Hal tersebutlah yang membuat kami cukup takut dengan cuaca yang tidak menentu ini,” jelas Jamal.
Dia mengaku tidak saja dirinya sendiri yang mengalami sesekali pergi melaut, namun nelayan lain yang juga menangkap ikan laut dengan jaring juga enggan melaut.
Tidak itu saja, Jamal mengaku keadaan air laut sekarang lebih sering dalam keadaan pasang naik. “Biasanya cuaca bisa kami terka, tapi sekarang pada umumnya nelayan tidak mampu menerka cuaca lagi karena keadaan langit dan pasang air laut tidak menentu,” sebutnya.
Tidak jauh berbeda, Sukarman, 45, nelayan lainnya mengatakan, kendati dipaksakan pergi melaut, namun hasil tangkapan ikan jauh dari harapan. Padahal, jarak tangkap ikan dari bibir pantai sedikit jauh dari jarak yang seperti biasanya untuk menjaring ikan.
“Jika cuaca aman dan keadaan laut tenang, jarak sekitar 4 Km dari bibir pantai, hasil tangkapan cukup banyak, namun sekarang lebih dari 5 Km menjaring dari bibir pantai hasil tangkapan pun tidak seberapa,” jelasnya.
Minim
Sementara, kegalauan minimnya hasil tangkapan, tidak saja dialami nelayan pancing tradisional yang biasa mencari ikan hingga ke tengah laut, namun hal yang sama juga dialami nelayan tepi yang menggunakan pukat. Kondisi tersebut apalagi kalau bukan masih belum menentunya kondisi cuaca. Terkadang cerah terlihat, tapi tiba-tiba angin kencang datang tiba-tiba, membuat gelombang tinggi, dan air laut pun terlihat keruh.
Seperti diakui Anto, salah seorang nelayan tepi, sewaktu dia mengangkat pukatnya di Pantai Purus, Jumat (10/2). Kepada Singgalang, dia mengatakan, hasil tangkapan saat ini umpama hanya bisa untuk pembeli rokok saja.
“Hasil tangkap hanya tiga baskom, sangat jauh dari harapan kami. Hal itu disebabkan air yang keruh setiap hari karena cuaca yang buruk,” ujar Anto.
Menurutnya, hasil tangkapan yang paling memiriskan saat ini adalah dimana tiga baskom tersebut hasil dari dua buah pukat yang direntang sepanjang lebih kurang 3 Km ke tengah. Itu pulalah nantinya yang akan dibagi-bagi dengan teman-teman yang lain yang juga ikut dalam kelompok pukat ini.
Lebih jauh lagi Anto mengatakan, biasanya hasil tangkapan akan lebih baik jika air jernih serta cuaca tidak begitu buruk, walaupun angin kencang.
“Tangkapan yang bisa menghidupi kami para nelayan tepi yang menggunakan pukat ini biasanya delapan hingga sepuluh baskom setiap harinya, dan itu hanya bisa didapat jika air jernih dan gelombang tidak begitu tinggi,” katanya. (410/409)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons